Berbicara kekurangan dan atau keterbatasan pasti tidak ada habisnya.
Tetapi sebagai mana kita menjadikan kebahagian itu merupakan dari keterbatasan yang kita miliki !
Kebahagiaan tidak ada ruang dan waktu. Kebahagiaan tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang kaya, memiliki gedung yang banyak, Pendidikan yang tinggi dan berpangkat. Kita sendiri bisa menciptakan peluang dan potensi kebahagiaan itu. Seperti adanya harapan, keinginan, dan kebutuhan.
Kita perna melihat orang yang secara fisiknya tidak sempurna seperti orang lainnya. Tetapi mereka masi bisa tersenyum, bercanda, menyapa dan lain-lainnya. Mereka tidak perna bercerita keterbatasan yang miliki, seolah-olah mereka berbicara bawha mereka baik-baik saja.
Tetapi mengapa kita selalu mengeluh, buta hati, gelap mata, dan merasa kekurangan ?
Rabu, 20 Mei 2015
Senin, 04 Mei 2015
RENI, BUNGA DESA YANG LAYU
Reni bunga simerah bersinar.
Polos merona bersandar kemaluan.
Polos merona bersandar kemaluan.
Menggoda kaku diatas tangkai.
Siap dipetik siapa saja.
Siap dipetik siapa saja.
Dirampas, disentuh sikumbang jalang.
Kumbang berganti kebunga lain.
Berharap diri di temani Vas.
Kini kelopak memaksa gugur.
Menghitam layu tak lagi merah.
Menghitam layu tak lagi merah.
Kini bunga kesepian.
Tertutup malu dibalik dedaunan.
Tertutup malu dibalik dedaunan.
Meratap hari degan kesedihan.
Kini Reni sibunga malang.
S
|
eorang
gadis desa yang cantik dan polos, namanya Reni yang sedang menginjakkan kakinya
di kelas 2 SMA.
Karna
terlalu polos dan dangkal untuk memaknai cinta, Reni terpengaruh cinta yang
salah.
Dalam
kehidupan sehari-hari baik di sekolah dan di desa, Reni selalu digoda baik
teman-teman sekolah, lingkungan desa dan dimanapun Reni berada. Tak jarang yang
menggodai Reni adalah pemuda ganteng, manis dan anak orang kaya.
Karna
baru pertama mengenal cinta, Reni mulai bermain api yang ada ditangannya.
Karna
sangat mencintai Rizal, Setiap ajakan Rizal, Ia selalu bersemangat untuk
mengikutinya dan jarang untuk mengeluarkan kata-kata “tidak” ataupun “tidak bisa”.
Hingga
terlalu asik bermain cinta, Reni tidak bias mengendalikan api cinta yang Ia
pegang, Rizal merampas mahkotanya yang Ia jaga.
Tak
berasa gantian bulan dan hari-hari yang dilalui, perut yang di bopong Reni
semakin berisi dan besar.
Sekarang
orang-orang tidak lagi memandang Reni sebagai anak yang rajin, sopan, dan
selalu mengikuti kajian keagamaan yang
ada dilingkungannya.
Kemanisan
kata-kata Rizal tidak perna lagi Ia dengar dan tidak lagi menampakan diri.
Kini Reni sendirian.
Langganan:
Postingan (Atom)