Rabu, 20 Mei 2015

Kenapa Kita Seperti Ini, Buta Hati?

Berbicara kekurangan dan atau keterbatasan pasti tidak ada habisnya.

Tetapi sebagai mana kita menjadikan kebahagian itu merupakan dari keterbatasan yang kita miliki !

Kebahagiaan tidak ada ruang dan waktu. Kebahagiaan tidak hanya dimiliki oleh orang-orang yang kaya, memiliki gedung yang banyak, Pendidikan yang tinggi dan berpangkat. Kita sendiri bisa menciptakan peluang dan potensi kebahagiaan itu. Seperti adanya harapan, keinginan, dan kebutuhan.

Kita perna melihat orang yang secara fisiknya tidak sempurna seperti orang lainnya. Tetapi mereka masi bisa tersenyum, bercanda, menyapa dan lain-lainnya. Mereka tidak perna bercerita keterbatasan yang miliki, seolah-olah mereka berbicara bawha mereka baik-baik saja.

Tetapi mengapa kita selalu mengeluh, buta hati, gelap mata, dan merasa kekurangan ?

Senin, 04 Mei 2015

RENI, BUNGA DESA YANG LAYU



Reni bunga simerah bersinar.
Polos merona bersandar kemaluan.
Menggoda kaku diatas tangkai.
Siap dipetik siapa saja.

Dirampas, disentuh sikumbang jalang.
Kumbang berganti kebunga lain.

Berharap diri di temani Vas.
Kini kelopak memaksa gugur.
Menghitam layu tak lagi merah.
Kini bunga kesepian.
Tertutup malu dibalik dedaunan.

Meratap hari degan kesedihan.
Kini Reni sibunga malang.

S
eorang gadis desa yang cantik dan polos, namanya Reni yang sedang menginjakkan kakinya di kelas 2 SMA.

Karna terlalu polos dan dangkal untuk memaknai cinta, Reni terpengaruh cinta yang salah.
Dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah dan di desa, Reni selalu digoda baik teman-teman sekolah, lingkungan desa dan dimanapun Reni berada. Tak jarang yang menggodai Reni adalah pemuda ganteng, manis dan anak orang kaya.
Karna baru pertama mengenal cinta, Reni mulai bermain api yang ada ditangannya.
Karna sangat mencintai Rizal, Setiap ajakan Rizal, Ia selalu bersemangat untuk mengikutinya dan jarang untuk mengeluarkan kata-kata “tidak” ataupun “tidak bisa”.
Hingga terlalu asik bermain cinta, Reni tidak bias mengendalikan api cinta yang Ia pegang, Rizal merampas mahkotanya yang Ia jaga.
Tak berasa gantian bulan dan hari-hari yang dilalui, perut yang di bopong Reni semakin berisi dan besar.
Sekarang orang-orang tidak lagi memandang Reni sebagai anak yang rajin, sopan, dan selalu mengikuti kajian keagamaan yang ada dilingkungannya.
Kemanisan kata-kata Rizal tidak perna lagi Ia dengar dan tidak lagi menampakan diri.
Kini Reni sendirian.