Hari pertma
aku masuk sekolah, di persimpangan ini, aku kebingungan jalan mana yang harus
aku lalui.
Dan aku
melihatmu sambil bertanya arah ke sekolah. Kau memberitahuku pelan sambil berdiam di
sini.
Kau selulu
memundukkan kepala saat bertemu dengan ku.
aku pun
bertanya kepada teman sekelasmu, sehingga akhirnya aku tahu siapa nama mu.
Di sekolah
aku selu memperhatikanmu, kau selalu sendiri membersihkan papan tulis, menyusun
bunga, membersih sampah, membuang sampah, menyapu ruangan kelas.
Sepulang sekolah aku menghampirimu di persimpangan ini dan kau membelakangi ku sambil berlari meninggalkan ku setelah aku megucapkan kata cinta.
Ke esokannya aku mencoba untuk menghampirimu lagi di sini dan aku ingin mengajakmu bersepeda pada hari minggu.
Sepulang sekolah aku menghampirimu di persimpangan ini dan kau membelakangi ku sambil berlari meninggalkan ku setelah aku megucapkan kata cinta.
Ke esokannya aku mencoba untuk menghampirimu lagi di sini dan aku ingin mengajakmu bersepeda pada hari minggu.
Sambil
terbata-bata kau menaiki angkot dan meninggalkanku.
Kau tidak
mengetahui bahwa kau meninggalkan bukumu di sini.
Aku terdiam setelah membaca catatan-catatan harianmu dan puisi kehidupan mu dan aku.
Aku terdiam setelah membaca catatan-catatan harianmu dan puisi kehidupan mu dan aku.
“ Untuknya, Rian
Aku tak
mengenalmu seutuhnya.
Akuh tak
tahu siapa kamu.!
Ada
goresan-goresan merona di pipi, tetapi aku tak tahu ini apa.
Karnamu aku
kuat, karnamu aku masih berdiri kokoh.
Aku tak tahu
berapa lama lagi aku disini. . .
HIV ini
telah menyelimutiku,
AIDS ini
telah menemaniku dan melindungiku lamanya, dalam pangkuan Ibuku.
Tuhan,
pantaskah aku melhatnya?
Aku di
dekatnya?
Duwi Ananda
“
Air mataku
menetes sekian kalinya sambil membaca catatan-catatanmu sewaktu SMA Sayang, dan
setiap di persimpang ini. Semoga kamu
baik di sana.
Selalu ku selipkan doa untukmu.
lihatlah dia
sekarang semakin besar Sayang, berkatmu Alhamdulillah sikecil sehat tak
sepertimu.
"Arie Anggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar