Kamis, 30 Oktober 2014

DI PERSIMPANGAN HIV-AIDS INI



Setiap kali aku melewati persimpangan ini aku masi ingat hari-hari itu.

Hari pertma aku masuk sekolah, di persimpangan ini, aku kebingungan jalan mana yang harus aku lalui.

Dan aku melihatmu sambil bertanya arah ke sekolah.  Kau memberitahuku pelan sambil berdiam di sini.
Kau selulu memundukkan kepala saat bertemu dengan ku.

aku pun bertanya kepada teman sekelasmu, sehingga akhirnya aku tahu siapa nama mu.

Di sekolah aku selu memperhatikanmu, kau selalu sendiri membersihkan papan tulis, menyusun bunga, membersih sampah, membuang sampah, menyapu ruangan kelas.

Sepulang sekolah aku menghampirimu di persimpangan ini dan kau membelakangi ku sambil berlari meninggalkan ku setelah aku megucapkan kata cinta.

Ke esokannya aku mencoba untuk menghampirimu lagi di sini dan aku ingin mengajakmu bersepeda pada hari minggu.

Sambil terbata-bata kau menaiki angkot dan meninggalkanku.

Kau tidak mengetahui bahwa kau meninggalkan bukumu di sini.

Aku terdiam setelah membaca catatan-catatan harianmu dan puisi kehidupan mu dan aku.



 “ Untuknya, Rian




Aku tak mengenalmu seutuhnya.

Akuh tak tahu siapa kamu.!

Ada goresan-goresan merona di pipi, tetapi aku tak tahu ini apa.
                                           

Karnamu aku kuat, karnamu aku masih berdiri kokoh.

Aku tak tahu berapa lama lagi aku disini. . .

HIV ini telah menyelimutiku,

AIDS ini telah menemaniku dan melindungiku lamanya, dalam pangkuan Ibuku.

Tuhan, pantaskah aku melhatnya?
Aku di dekatnya?


Duwi Ananda “





Air mataku menetes sekian kalinya sambil membaca catatan-catatanmu sewaktu SMA Sayang, dan setiap di persimpang ini. Semoga kamu baik di sana. 

Selalu ku selipkan doa untukmu.

lihatlah dia sekarang semakin besar Sayang, berkatmu Alhamdulillah sikecil sehat tak sepertimu.


"Arie Anggara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar