Rabu, 16 Januari 2019

A Letter to Bintang


Aku terbiasa hidup di samudra dengan ombak yang begitu kencang. Semasa kecil aku suka melihat bintang, menghabiskan kesendirian sambil menatap langit berharap sang bintang datang walaupun dalam keadaan hujan badai, aku masih tetap menunggu dan tetap berharap bintang akan datang berkelip-kelip.
Tentunya kisah ini bukan cerita pungguk merindukan bintang, eh bulan maksutnya. Dan aku bukanlah pungguk.

Namaku adalah Laut, Lautan.
Ingin rasanya berada disana disamping sang bintang untuk melihat betapa indanya bumi ini diciptakan dan aku bisa semakin mengingat-Nya. Dan mungkin aku bisa melihat sahabat-sahabat ku yaitu pasir pantai, bebatuan, karang, pegunungan dan serta sahabat-sahabtku di sisi bumi lainnya.
Tapi apa daya aku tidak bisa kesana.
beberapa teman-temanku bisa mengaungi samudra, tapi ombak yang ganas membuatku tak bisa sampai.
Semangat itu sesekali timbul kalau aku melihat bintang.


Hey, kau tak tahu betapa cemburunya aku melihat mu tinggi disana disanping sang bulan. Tiap malam ketika aku bersahaja dengan lelahku sampai tersapu dibibir pantai, duduk di sela-sela pasir. Ingin sekali rasanya melihat dari dekat dan bercerita bnyak tentang keseharianku menghabiskan malam disamping mu.


Aku terlalu memikirkanmu, berharap selalu disampingmu.
Dan kita tahu itu, jarak memisahkan kita dan waktupun menjaga kita.
Tetapi aku berfikir lagi, itu nafsu. Aku takut ini terlalu berlebih-lebihan.

maaf, terkadang aku selalu bercerita kepada Awan. Ya, Ia awan biru. Aku selalu melihat awan biru, aku selalu tersenyum melihat awan ketika aku lelah memikirkan dunia, tetapi aku tidak memiliki rasa.
Kadang-kadang aku biarkan sang awan tertiup angin kemanapun arahnya bersingga, aku biarkan itu terjadi, karna aku ingin alami seperti mana peruntuknya.
Jangan memikirkanku, tetaplah maju..
Masih ada pantai yang menghiburku, masih ada gunug yang iseng mengganggu ku, dan masih ada karang yang sekarng musuhku mungkin teman hidupku.

Tetaplah merona berkelip bintang dan kau harus pastikan itu, karna waktu akan terus berjalan.
Aku suka melihatmu berkeli-kelip dari kejauhan.

Salam,
Lautan, Arie Anggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar