Selama di Jakarta kampung Baduy adalah destinasi yang aku
catat dalam pikiranku, Alhamdulillah mimpi itupun tercapai.
Kisah ini bermulah dari obrolan kecil yang akhirnya di
temukan dengan orang-orang yang tidak dikenal, mereka satu keluarga besar yang
kompak penuh ceria. Mungkin serpihan mimpi ini akan ku tulis sebagai pengingat
ketika aku memiliki keluarga yang cukup besar dan mengajak mereka bersama-sama
seperti keluarga ini.
Hari itu seperti biasanya saya bermain ke warung Om Hadi sambil ngobrol politik, maklum lagi bulan-bulan dan tahunya nya politik, Om Hadi sesekalai memberi wejangan semangat apalagi di eranya akhir Zaman di tenga-tengahnya gemerlap kota Ibu Kota.
Om, hadi menunjukan Chat Group Whatsapp keluarganya yang berencana untuk mengunjungi perkampungan orang-orang Baduy di Provinsi Banten, tepatnya Kabupaten Lebak Banten pada tanggal 26-27 Januari 2018.
Akupun menceritakan tentang harapan itu untuk mengunjungi Kampung
Baduy dan Om Hadi menawarkan ajakan untuk kesana. Sebenanya tanggal 26-27
merukan hari kerja di kantor, tanpa pikir panjang saya mencoba menghubungi rekan
kerja untuk bertukar pikiran untuk mengajukan pindah shift kerja.
Singkat cerita karna alasan keluarga, Om Hadi tidak bisa
pergi kesana dan Ia tetap menyarankan saya tetap ikut dengan menghubungi Om
Endang, menimbang-nimbang akhirnya aku mendorong diriku untuk ikut kekampung
Baduy. Semalam sebelum keberangkatan saya menghubungi Om Endang untuk ikut join
trip kebaduy bersama keluarga besarnya.
Itulah latar belakang cerita singkat perjalanan ini hehee,
semoga bermanfaat.
****
persiapan keberangkatan |
Tanggal 26 Januari 2019 perjalanan ini dimulai dari Stasiun
pondok Ranji ke Rangkas Bitung bersama-sama rombongan keluarga Om Endang pada
pukul 8.00 Wib dengan kereta Comuterline
Tanah Abang – Rangkas Bitung, ongkosnya lumayan murah, hanya 7.000 rupiah.
Jembatan Akar |
Perjalanan ke Jembatan Akar |
Perjalanan ini melalui jalanan kerikil bebatuan dan dilanjutkan dengan perjalanan perkebunan, kiri kanan kulihat saja banyak pohon Durian hehe bukan pohon Cemara.
Hasil bumi kampung Baduy |
Alam baduy memang begitu suburnya, saya begitu heran kenapa
banyaknya rambutan dihutan tidak ada yang mau mengambilnya, ternyata
rambutannya melimpah ruah, hasil buminya juga banyak seperti Petai, Pisang dan
hasil pertanian lainnya.
Perjalanan ke Terminal Ciboleger |
Setelah mengunjungi Jembatan akar kami melanjutkan
perjalanan dengan menggunakan Mobil Elf ke Terminal Ciboleger.
Dari arah luar terminal hasil tangan masyarakat Baduy sudah
terlihat disini, dibibir terminal seperti kain tenun, mainan kunci, gelang, baju batik baduy, dll.
Kami melanjutkan perjalanan ke dalam hutan untuk menuju
perkampungan baduy yaitu Kampung Balingbing, Bukan Balimbing ya, masyarakat disini
menyebutnya masih Baduy luar yang kurang lebih 2 KM dari terminal Ciboleger. Perjalanannya
seperti jalan setapak dengan susunan bebatuan alam.
Kata Om Endang, untuk mengunjungi Baduy dalam harus menempuh
perjalanan selama 6 Jam atau 7 Km perjalanan. Menurutku Baduy luarpun juga
cukup jauh perjalanannya wkwkw.
Selain dikelilingi oleh hutan layaknya seperti perjalanan
mendaki sebuh gunung, perjalanan ke kampung badui ya Naik turun Bukit.
Proses penenunan |
sayapun masih menunggu bagaimana orang-orang baduy menyambut sunyinya dan gelapnya malam di kampung Baduy. Permukiman warga Baduy gelap gulita tanpa Obor, lampu damar ataupun lampu-lampu lainnya. Hanya mereka menggunakan Center sebagai penerangan untuk berjalan ditengah malam ataupun untuk kedapur.
Inilah kehidupan dikampung Baduy yang yang nyaman dan
tentram yang terlepas dari hiruk pikuk dari binger-bingar kehidupan dunia.
Karana kelelahan, kamipun terlelap pada pukul 20.00 malam
dan terbangunkan oleh aktifitas-aktifitas masyarakat badui di waktu subuh,
alhamdulillah dari pengakuan beberapa orang-orang badui mereka sebenarnya adalah
muslim.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar